A. Manfaat Tauhid
Setelah
sebelumnya dibahas tentang pengertian dari ilmu tauhid, maka pada bagian ini
akan dibahas tentang fungsi dan manfaat dari ilmu tauhid ini dalam kehidupan
manusia. Namun, oleh karena keterbatasan pengetahuan dan sumber yang penulis
dapatkan, maka bahasan tentang bagian sangat minim.
Perlu
diketahui, bahwa pada hakikatnya tauhid ini bukan hanya sekedar diketahui dan
dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik
dan benar, karena apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati
dengan baik dan benar, maka kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibannya
sebagai hamba Allah akan muncul dengan sendirinya.(H.M Yusran Asmuni,1993).
inilah salah satu manfaat dari ilmu tauhid.
Selain
itu, tauhid juga berfungsi sebagai pembimbimbing umat manusia untuk menemukan
kembali jalan yang lurus seperti yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul,
karena jika diibaratkan sebuah pohon, tauhid adalah pokok akar untuk menemukan
kembali jalan Allah, yang dapat membawa umat manusia kepada puncak segala
kebaikan. Begitu juga dengan kayakinan (tauhid) akan eksistensi tuhan yang maha
esa (Allah) akan melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di ala mini adalah
ciptaan tuhan; semuanya akan kembali kepada tuhan, dan segala sesuatu berada
dalam urusan yang maha esa itu. Dengan demikian segala perbuatan, sikap,
tingkah laku, dan perkataan seseorang selalu berpokok pada modus ini. Sebagai
mana firman Allah dalam al-Quran yang artinya :
“Dan Aku tidak
ciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembah-Ku”(al-Dzariyat:56)
“Hanya engkaulah
yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon
pertolongan”(al-Fatihah:5)
“Katakanlah,
“Dialah Allah yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu..”(al-Ikhlas:1-2)
Dari ayat diatas dapat
diketahui bahwa ketauhidan tidak hanya menyangkut hal-hal batin, tetapi juga
meliputi sikap tingkah laku, perkataan, dan perbuatan seseorang. Oleh karena
itu, orang-orang yang telah mampu memahami dan menghayati tauhid dengan dan dan
benar akan membawa kepada kebahagiaan baik itu segi lahir ataupun batin.
Sehingga jelas bagi
seseorang, bahwa tauhid tidak cukup untuk dimiliki dan dihayati, karena jika
hanya demikian hanya akan menghasilkan keahlian dalam seluk beluk ketuhanan,
namun tidak berpengaruh apa-apa terhadap seseorang tersebut, sehingga dirinya
akan berada diluar ketauhidan yang sebenarnya, bahkan mungkin bisa sampai
keluar dari keislamannya, karena maksud dan tujuan tauhid bukan sekedar diakui dan
diketahui saja, tetapi lebih dari itu tauhid mengadung hal-hal yang beramanfaat
bagi kehidupan manusia yaitu
1.
Sebagai sumber dan mutivator
perbuatan kebajikan dan keutamaan;
2.
Membimbing manusia ke jalan yang
benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh
keikhlasan;
3.
Mengerluarkan jiwa manusia dari
kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan;
4.
Mengantarkan umat manusia kepada
kesempurnaan lahir dan batin.[1]
Dari empat poin yang
diatas dapat dipahami bahwa tauhid selain bermanfaat bagi hal-hal batin, juga
bermanfaat bagi hal-hal lahir. Sehingga dari poin tersebut sangat jelas
manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Sementara dalam sumber
lain, ada yang menspesifikasikan fungsi atau manfaat ilmu tauhid bagi kehidupan
manusia ialah sebagai pendoman hidup yang dengannya umat manusia bisa
terbimbing kepada jalan yang diridhai Allah, serta dengan tauhid manusia bisa
menjalani hidup sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan
tauhid manusia tidak hanya bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa
kedudukannya sama dengan manusia lain manapun. Tidak ada manusia yang superior
atau inferior terhadap manusia lainnya.
Suatu hal yang tidak boleh
dilupakan ialah bahwa komitmen manusia-tauhid tidak saja terbatas pada hubungan
verticalnya dengan tuhan, melainkan juga mencakup hubungan horizontal dengan
sesama manusia dan seluruh makhluk, dan hubungan-hubungan ini harus sesuai
dengan kehendak Allah. Sehingga dengan misi ini tauhid dapat mewujudkan sesuatu
bentuk kehidupan social yang adil dan etis.[2]
Dalam kontek
pengembangan umat, tauhid berfungsi antara lain mentranformasikan setiap
individu yang meyakininya menjadi manusia yang lebih kurang ideal dalam arti
memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu sosial,
politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian, akan muncul manusia-manusia
tauhid yang memiliki cirri-ciri positif yaitu :
1.
Memiliki komitmen utuh pada
tuhannya.
2.
Menolak pedoman hidup yang datang
bukan dari Allah.
3.
Bersikap progresif dengan selalu
melakukan penilaian terhadap terhadap kualitas kehidupannya, adat-istiadatnya,
tradisi dan faham hidupnya.
4.
Tujuan hidupnya jelas. Ibadatnya,
kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah semata-mata.
5.
Meimiliki visi jelas tentang kehidupan
yang harus dibangunnya bersama-sama manusia lain; suatu kehidupan yang harmunis
antara manusia dengan Tuhannya, dengan lingkungan hidupnya, dengan sesama
manusia dan dengan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, Nampak
jelas bahwa tauhid memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Bila
setiap individu memiliki kometmen tauhid yang kukuh dan utuh, maka akan menjadi
suatu kekuatan yang besar untuk mambangaun dunia yang lebih adil, etis dan
dinamis.[3]
Dalam hal yang sama DR.
Umar bin Su’ud al-‘Ied dalam kitabnya Tauhid: Urgensi dan Manfaatnya,
menyatakan bahwa diantara manfaat tauhid adalah sebagai berikut;
1.
Tauhid merupakan sebab
paling utama terhapusnya dosa dan kesalahan. Dalilnya
adalah hadits Anas radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Wahai anak
adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi dosa, kemudian engkau
menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku sedikitpun –yakni beertauhid-,
maka Aku akan mendatangimu dengan sepenuh itu pula ampunan’”. (Riwayat Tirmidzi
[V/548, no. 3540], Ibnu Majah [II/1255, no.3821], dan Ahmad [V/147, 148, 153,
154, 155]).
Demikian
pula dengan hadits nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Siapa
yang bersaksi (bersyahadat) bahwa tidak ada tuhan yang disembah selain Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan (bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba
dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya serta Kalimat-Nya
yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan roh dari-Nya, dan (bersaksi) bahwa surga
adalah haq, neraka adalah haq; Allah akan masukkan dia ke dalam surga-Nya
apapun amal yang ada padanya”. (Riwayat Bukhari [VI/474, no. 3435], Muslim
[I/57, no. 28]). Hadits ini menunjukkan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa
seorang hamba dengan sebab tauhidnya yang murni. Adakah manfaat di akhirat yang
lebih besar dari ini?
2.
Tauhid membebaskan seorang hamba dari perbudakan makhluk dan ketergantungan,
ketakutan dan kepasrahan terhadap mereka serta beramal untuk mereka. Hati
seorang yang bertauhid selalu bergantung kepada Rabb-nya, Pencipta langit dan
bumi yang di Tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu. Inilah harga diri yang
hakiki dan kemuliaan yang agung. Seorang yang bertauhid selalu beribadah hanya
kepada Allah, tidak mengharapkan kepada selain-Nya dan tidak takut kecuali
kepada-Nya. Sehingga dengan demikian, kesuksesan dan keberhasilannya kian
terealisir.
3. Tauhid merupakan
satu-satunya sebab untuk mengggapai ridho Allah Ta’ala, cinta dan pahala-Nya.
Berbeda dengan syirik yang merupakan sebab turunnya siksa Allah, kemurkaan dan
kepedihan azab-Nya. Firman Allah Ta’ala: “Kamu tidak akan mendapat suatu kaum
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan
dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah: 22).
4. Tauhid yang telah tertanam mantap dalam hati
seseorang hamba akan meringankannya dari segala kesulitan, musibah, kepedihan
dan kesedihannya. Jika seseorang menyempurnakan tauhid dan keimanannya, dia
akan menghadapi kesulitan dan kepedihannya dengan hati yang sabar, jiwa yang
tenang, dan menerima serta ridha dengan taqdir Allah. Allah telah memuji orang
yang bertauhid ketika mereka menerima musibah. Allah Ta’ala berfirman: “(Yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka menggucapkan ‘Innaa lillahi wa
innaa ilaihi raaji’un’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
pujian.” (QS. Al-Baqarah: 156-157).
[2]
Musthofa, Khalili dan H.M. Karwandi, Tauhid, ( Yogyakarata: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005),
hlm. 79.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar